Video Jan 11, 2021 Pokok perkara yang paling terutama menjadi soal bagi banyak orang terkait dengan Gerakan Ahmadiyah adalah terkait dengan tema kenabian. Banyak orang menuding Gerakan Ahmadiyah menegasikan keberakhiran kenabian pada diri Nabi Muhammad saw. dan mengakui adanya nabi baru setelah beliau. Benarkah demikian? Lantas, bagaimanakah pemahaman Gerakan Ahmadiyah yang sebenarnya tentang Khatamun-Nabiyyin? Simak selengkapnya penjelasan dari S. Ali Yasir tentang arti dan makna Khatamun-Nabiyyin, yang didasarkan pada Al-Qurâan Surat Al-Ahzab ayat 40 ini. Jangan lupa Like, Subscribe dan Comment ya! Bunyikan lonceng di sudut kanan atas untuk beroleh informasi tentang konten terbaru dari channel ini. Navigasi pos
Tidakakan memalingkan mukanya dari Allah Taâala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka. 6. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Alquran Suci di atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap ï»żARTI KHATAM DALAM AYAT KHATAMAN â NABIYYIN Ayat KS Aquran Quran Suci/QS Surat Al Ahzab 3340 Aâudzubillahi minasy-syaithani rajiym Yang artinya Muhammad bukanlah Bapak dari seorang laki-laki kamu, tetapi ia adalah seorang Rasul Allah dan Khaataman Nabiyyin, khatam-nya dari para Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Asbabul Nuzul Turunnya Ayat Kataman Nabiyyin Terdapat dalam Surat Al Azab itu sendiri bahwa, âHukum anak angkat tidak sama dengan anak kandungâ Sumber Al Qurâan dan Terjemahannya âKITAB SUCI AL-QURAN DEPARTEMEN AGAMA REPUBILIK INDONESIA , Al Azab [33] 37-39 Allah swt berfirman 37. dan ingatlah, ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu juga telah memberi nikmat kepadanya âTahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allahâ, sedang kamu Menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya menceraikannya, Kami kawinkan kamu dengan dia[1219] supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk mengawini isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya[1220]. dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. 38. tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. Allah telah menetapkan yang demikian sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu[1221]. dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku, 39. yaitu orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah[1222], mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorangpun selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan. [1219] Maksudnya setelah habis idahnya. [1220] Yang dimaksud dengan orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya ialah Zaid bin Haritsah. Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dengan memberi taufik masuk Islam. Nabi Muhammadpun telah memberi nikmat kepadanya dengan memerdekakan kaumnya dan mengangkatnya menjadi anak. ayat ini memberikan pengertian bahwa orang boleh mengawini bekas isteri anak angkatnya. [1221] Yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah mengerjakan sesuatu yang dibolehkan Allah tanpa ragu-ragu. [1222] Maksudnya Para Rasul yang menyampaikan syariâat-syariâat Allah kepada manusia. Ayat Khataman-Nabiyyin ini diturunkan di dalam rangkaian pembelaan dari Allah SWT kepada YM. Nabi Suci Muhammad Rasulullah atas tuduhan orang Arab Quraisy , bahwa pernikahan Rasulullah dengan Hadhrat Siti Zainab, janda dari Zaid âanak angkatâ Rasulullah yang dituduh mengawini janda menantunya sendiri. Tuhan menjawab cemoohan orang Quraisy terhadap Rasulullah yang melanggar tradisi berlaku pada saat itu yang tidak membolehkan orang mengawini janda bekas menantunya walaupun dari anak angkatnya, yang kedudukan anak angkat itu menurut adat kebiasaan orang Quraisy disamakan statusnya dengan anak sendiri. Pada saat diturunkannya wahyu tentang Khaataman Nabiyyin tersebut, tidak pernah terpikir waktu itu oleh para sahabat Rasulullah bahwa khatam itu diartikan sebagai penutup untuk nabi-nabi, ini adalah berdasarkan keterangan dari YM. Rasulullah sendiri. Apalagi jika kita membaca keseluruhan ayat-ayat yang ada di dalam Rukuk ke-5 dari Surah Al Ahzaab ini bahkan di keseluruhan Surah al Ahzaab pun tidak ada disinggung satu pun indikasi yang berkenaan dengan inniy aakhirul-anbiyaâ atau laa nabiyya baâdi; tetapi yang ada disebutkan di dalam surah ini Al Ahzaab ini adalah Jangan engkau mengikuti kebiasaan orang-orang kafir dan orang munafik ayat 1, dalam hal status anak angkat dll., menjadikan istri-istrimu sebagai ibu dan anak-anak angkatmu sebagai anak sendiri ayat 4, tetapi panggillah anak ini dengan nama bapak mereka ayat 5, dan Kami pun mengatur pernikahan engkau dengan Zainab, yang janda dari Zaid anak angkat engkau itu; di mana sama sekali tidak ada sesuatu pun yang akan mencemarkan nama engkau, di mana engkau adalah Khaataman Nabiyyin. Selain yang artinya penutup yaitu khatim ada banyak arti dari kata Khatam yaitu Cincin, perhiasan bagi yang memakainya, meterai, segel, yang membenarkan, yang paling afdhal, yang paling mulia, yang terbaik, sebagai pujian terutama kalau dikaitkan dengan kata benda plural / jamak, dan hanya sebagai penutup khatim, terutama kalau dikaitkan dengan kata benda singular. Dalam tata bahasa Arab, kata Khaatam jika digandeng dengan kata jamak maka artinya bukan lagi terakhir atau penutup melainkan yang paling sempurna, paling afdhal. Contohnya 1. Nabi bersabda kepada Hadhrat Ali Aku adalah khatam dari nabi-nabi dan engkau wahai Ali adalah khatamul aulia khatam dari Wali-wali Tafsir Safi & Jalandari, benarkan Ali penghabisan dari wali-wali? Tentu bukan, karena di sini diartikan bahwa Hadhrat Ali sebagai yang paling mulia di antara wali-wali. 2. Imam Safiâi 767-820 juga disebut âkhaatam-ul auliyaâ Al Tuhfatus-Sunniyya, hal. 45. 3. Rasulullah berkata kepada Umar Tenteramkanlah hatimu hai Umar, sesunguhnya engkau adalah khatamul Muhajjirin sahabat yang mengikuti pindah ke Medinah yang paling afdhal di dalam kepindahan ini, seperti aku khataman nabiyyin dalam kenabian. Kanzul Umal. 4. Dalam zaman-zaman berikutnya, kata khatam juga dipakai dalam arti sebagai yang paling nge-top mulia 5. Imam Syech Muhammad Abdul dari Mesir ditulis sebagai Khatam Al-Aâimmah; Imam/Pemimpin agama Tafsir Al-Fatihah halaman 148. Apakah tidak ada imam lainnya setelah Muhammad Abduh? 6. Abu Tamaam At-Ta-i 804-805 ditulis oleh Hasan ibnu Wahab sebagai Khatimus-syuara Ahli syair. Dafiyaatul Aâayaan, vol. 1 hal 123, Kairo. Apakah setelah Abu Tamaam wafat tidak ada penyair lagi? 7. Untuk Syekh Rasyid Ali Ridha ditulis sebagai Khatamul Mufasysyiriin Al Jaamiâatul Islamiyah 1354 H. 8. Imam Suyuthi mendapat gelar khaatamu-ul- muhadditsin, ahli hadits Hadya Al-Shiah, hal. 210. 9. Aflatun ditulis sebagai Khatamul Hakim Mirtusuruh hal. 38, Khatam Al-Hukkam. 10. Tokoh-tokoh lainnya yang pernah ditulis/disebut sebagai Khatam Al-Kiram, Khatam Al-Wilayat Muqaddimah Ibnu Khaldun hal. 271, Khatam Al-Jasinaniyyat, Khatam Al-Kamilin, Khatam Al-Asfiya, dalam sebutan sebagai yang paling afdhal, yang terbaik pujian terhadap seseorang yang dikagumi. Arti kata Khatam sebagai penutup atau terakhir sebenarnya baru timbul di abad pertengahan, di mana ulama-ulama Medieval ini mulai mengartikan khataman nabiyyin itu sebagai nabi penutup dan nabi terakhir. Ada riwayat, bagaimana para ulama yang karena takutnya pada arti Khaatam sebagai yang paling afdhal, paling terbaik kalau digabungkan dengan kata benda jamak/plural , meterai, atau cincin, stempel, maka mereka dengan tidak takut-takutnya mempengaruhi pemerintah melalui Departemen Wakaf-nya, untuk merobah Kitab Suci Alquran, yaitu dengan merobah tulisan kata khatam dengan merobah tulisannya dengan kata khatim dalam Alquran yang diterbitkan- nya. Ini terjadi di Afrika pada tahun 1987, dan ada yang menunjukkannya kepada kita. Mereka ingin mengartikan kata khatam itu sebagai penutup dengan kata khatim, yang mereka pikir punya hak untuk menggantinya. Ini adalah perbuatan yang nyata-nyata campur-tangan terhadap keaslian KS. Alquran, hanya karena mereka takut kepada Ahmadiyah. Inilah gambaran keliru yang amat mengerikan sebagai usaha mereka untuk menyelamatkan diri dari pengaruh pendapat orang Ahmadi, mengenai arti dari kata khatam ini. Kepercayaan tentang Nabi Muhammad adalah nabi terakhir memang pernah muncul dan sekarang kepercayaan yang demikian mestinya sudah lenyap kembali; kepercayaan mana adalah yang di-isukan oleh ulama dari zaman masa medieval pertengahan , bersamaan dengan kepercayaan bahwa, katanya Nabi Isa itu diangkat ke langit, dengan tubuh kasarnya dan akan turun kembali di akhir zaman. Tentang penggunaan kata khatam yang berarti termulia, tertinggi dan sebagainya dalam berbagai istilah dalam bahasa Arab lainnya dapat dilihat pada beberapa kata di bawah ini 1. KHATAM-USH-SHUâARAA seal of poets was used for the poet Abu Tamam. Wafiyatul Aâyan, vol. 1, p. 23, Cairo. 2. KHATAM-USH-SHUâARAA again, used for Abul Tayyeb. Muqaddama Deewanul Mutanabbi, Egyptian 3. KHATAM-USH-SHUâARAA again, used for Abul Ala Almeâry. ibid, footnote. 4. KHATAM-USH-SHUâARAA used for Shaikh Ali Huzain in India. Hayati Saâdi, p. 117. 5. KHATAM-USH-SHUâARAA used for Habeeb Shairaazi in Iran. Hayati Saâdi, p. 87 Note here that all five people have been given the above title. How could it be interpreted as âlastâ. They did not come and go at the exact same time. 6. KHATAM-AL-AULIYAA seal of saints for Hazrat Ali May God be pleased with him. Tafsir Safi, Chapter AlAhzab Can no other person now attain wilaayat, if âsealâ meant last? 7. KHATAM-AL-AULIYAA used for Imam Shafâee. Al Tuhfatus Sunniyya, p. 45. 8. KHATAM-AL-AULIYAA used for Shaikh Ibnul Arabee. Fatoohati Makkiyyah, on title page. 9. KHATAM-AL-KARAAM seal of remedies used for camphor. Sharah Deewanul Mutanabbee, p. 304 Has no medicine been found or used after camphor, if âsealâ means âlastâ? 10. KHATAM-AL-AâIMMAH seal of religious leaders used for Imam Muhammad Abdah of Egypt. Tafseer Alfatehah, p. 148 Donât we have leaders today? 11. KHATAM-ATUL-MUJAHIDEEN seal of crusaders for AlSayyad Ahmad Sanosi. Akhbar AlJamiâatul Islamiyyah, Palestine, 27 Muharram, 1352 12. KHATAM-ATUL-ULAMAA-ALMUHAQQIQEEN seal of research scholars used for Ahmad Bin Idrees. AlâAqadun Nafees 13. KHATAM-ATUL-MUHAQQIQEEN seal of researchers for Abul Fazl Aloosi. on the title page of the Commentary Roohul Maâaanee 14. KHATAM-AL-MUHAQQIQEEN used for Shaikh AlAzhar Saleem Al Bashree. Al Haraab, p. 372 15. KHATAM-ATUL-MUHAQQIQEEN used for Imam Siyotee. Title page of Tafseerul Taqaan 16. KHATAM-AL-MUHADDITHEEN seal of narrators for Hazrat Shah Waliyyullah of Delhi. âIjaalah Naafiâah, vol. 1 17. KHATAMAT-AL-HUFFAAZ seal of custodians for AlShaikh Shamsuddin. AlTajreedul Sareeh Muqaddimah, p. 4 A âhafizâ is one who has memorised the full arabic text of the Holy Quran. Two of my cousins happen to belong to this category and more people will memorize it. 18. KHATAM-AL-AULIA seal of saints used for the greatest saint. Tazkiratul Auliyaaâ, p. 422 19. KHATAM-AL-AULIA used for a saint who completes stages of progress. Fatoohul Ghaib, p. 43 20. KHATAM-ATUL-FUQAHAA seal of jurists used for Al Shaikh Najeet. Akhbaar Siraatal Mustaqeem Yaafaa, 27 Rajab, 1354 21. KHATAM-AL-MUFASSIREEN seal of commentators or exegetes for Shaikh Rasheed Raza. Al Jaamiâatul Islamia, 9 Jamadiy thaani, 1354 22. KHATAM-ATUL-FUQAHAA used for Shaikh Abdul Haque. Tafseerul Akleel, title page 23. KHATAM-ATUL-MUHAQQIQEEN seal of researchers for Al Shaikh Muhammad Najeet. Al Islam Asr Shiâbaan, 1354 24. KHATAM-AL-WALAAYAT seal of sainthood for best saint. Muqaddimah Ibne Khuldoon, p. 271 25. KHATAM-AL-MUHADDITHEEN WAL MUFASSIREEN seal of narrators and commentators used for Shah Abdul Azeez. Hadiyyatul Shiâah, p. 4 26. KHATAM-AL-MAKHLOOQAAT AL-JISMAANIYYAH seal of bodily creatures used for the human being. Tafseer Kabeer, vol. 2, p. 22, published in Egypt 27. KHATAM-ATUL-HUFFAAZ used for Shaikh Muhammad Abdullah. Al Rasaail Naadirah, p. 30 28. KHATAM-ATUL-MUHAQQIQEEN used for Allaama Saâduddeen Taftaazaani. Sharaâ Hadeethul Arbaâeen, p. 1 29. KHATAM-ATUL-HUFFAAZ used for Ibn Hajrul Asqalaani. Tabqaatul Madlaseen, title page 30. KHATAM-AL-MUFASSIREEN seal of commentators used for Maulvi Muhammad Qaasim. Israare Quraani, title page 31. KHATAM-AL-MUHADDITHEEN seal of narrators used for Imam Siyotee. Hadiyyatul Sheeâah, p. 210 32. KHATAM-AL-HUKKAAM seal of rulers used for kings. Hujjatul Islam, p. 35 33. KHATAM-AL-KAAMILEEN seal of the perfect used for the Holy Prophet pbuh. Hujjatul Islam, p. 35 34. KHATAM-AL-MARAATAB seal of statuses for status of humanity. âIlmul Kitaab, p. 140 We have the âhighest, not âlastâ status. 35. KHATAM-AL-KAMAALAAT seal of miracles for the Holy Prophet pbuh. ibid, p. 140 36. KHATAM-AL-ASFIYAA AL AâIMMAH seal of mystics of the nation for Jesus peace be on him. Baqiyyatul Mutaqaddimeen, p. 184 37. KHATAM-AL-AUSIYAA seal of advisers for Hazrat Ali Minar Al Hudaa, p. 106 38. KHATAM-AL-MUâALLIMEEN seal of teachers/scholars used for the Holy Prophetpbuh. Alsiraatul Sawee by Allama Muhammad Sabtain Now, I am a teacher myself, and you know that I still exist, AFTER the Holy Prophet pbuh, but I am nowhere close to being able to teach as PERFECTLY as he could or did. How then could he be âlastâ of teacher Seal means âbestâ here and not âlastâ. 39. KHATAM-AL-MUHADDITHEEN seal of narrators for Al Shaikhul Sadooq. Kitaab Man Laa Yahdarahul Faqeeh 40. KHATAM-AL-MUHADDITHEEN used for Maulvi Anwar Shah of Kashmir. Kitaab Raeesul Ahrar, p. 99 Pendapat lainnya tentang masih berlanjutnya pintu Kenabian dalam Islam dapat dilihat dari berbagai hadits dan ulama berikut ini 1. âKatakanlah bahwa beliau Rasulullah adalah Khataman Nabiyyin, tetapi janganlah mengatakan tidak akan ada nabi lagi sesudah beliauâ lihat Durr Mantsur oleh Hafizh Jalal-ud-Din `Abdur Rahman Sayuthi. 2. âKatakanlah, sesungguhnya ia [Muhammad] adalah khaatamul-anbiyaâ, tetapi jangan sekali-kali kamu mengatakan laa nabiyya baâdahu tidak ada Nabi sesudahnyaâ Durrun Mantsur, jld. V, hlm. 204; Takmilah Majmaul Bihar, 3. Rasulullah adalah yang terbaik, termulia, dan paling sempurna dari antara semua nabi dan juga beliau adalah sumber hiasan bagi mereka lihat Syarh Zurqani oleh Imam Muhammad ibn `Abdul Baqi al-Zurqani, dan Syarah Mawahib al-Laduniyyah oleh Syihab-ud-Din Ahmad Qastalani. 4. Berkata Sheikh Muhyiddin Ibnu Arabi âMaksud sabda Nabi Muhammad SAW sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus dan tidak ada lagi rasul dan nabi sesudahku, ialah tidak akan ada nabi yang membawa syariat yang akan menentang syariat aku. Maka tidaklah nubuwat itu terangkat seluruhnya. Karena itu kami mengatakan sesungguhnya yang terangkat ialah nubuwat tasyriâi kenabian yang pakai syariat, maka inilah maâna tidak ada nabi sesudah beliauâ.Futuhatul Makkiyah, jilid II halaman 73. Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi dalam kitabnya Futuuhatul Makiyyah menulis âInilah arti dari sabda Rasulullah âSesungguhnya risalah dan nubuwat sudah terputus, maka tidak ada Rasul dan Nabi yang datang sesudahku yang bertentangan dengan Syariâatku. Apabila ia datang, ia akan ada di bawah Syariâatku.â Futuuhatul Makiyyah, Ibnu Arabi, Darul Kutubil Arabiyyah Alkubra, Mesir, jld II, hlm. 3 Imam Muhammad Thahir Al-Gujarati berkata âIni tidaklah bertentangan dengan hadits tidak ada nabi sesudahku, karena yang dimaksudkan ialah tidak akan ada lagi nabi yang akan mebatalkan syariat beliauââŠ.Takmilah Majmaul Bihar, halaman 85. 5. Mulla Ali Al-Qari berkata âMaka tidaklah hal itu bertentangan dengan ayat âkhaatamannabiyinâ karena yang dimaksudkan ialah tidak akan ada lagi nabi yang akan membatalkan agama beliau dan nabi yang bukan dari umat beliauââŠ.. .Maudhuat Kabir, halaman 59. 6. Nawwab Siddiq Hasan Khan menulis âBenar ada hadist yang berbunyi âla nabiyya baâdiâ artinya menurut pendapat ahli ilmu pengetahuan ialah bahwa sesudahku tidak akan ada lagi nabi yang menasikhkan/ membatalkan syariatkuâ.. âŠIqtirabussaâ ah, halaman 162. 7. Imam Syaârani berkataâDan sabda Nabi Muhammad SAW, tidak ada nabi dan rasul sesudahku, adalah maksudnya tidak ada lagi nabi sesudah aku yang membawa syariatââŠ. Al-Yawaqit wal Jawahir, jilid II halaman 42. 8. Arif Rabbani Sayyid Abdul Karim Jaelani berkataâMaka terputuslah undang-undang syariat sesudah beliau dan adalah Nabi Muhammad SAW khaatamannabiyyinâ âŠ..Al- Insanul Kamil halaman 66. 9. Sayyid Waliuyullah Muhaddist Al-Dahlawi berkataâ Dan khaatamlah nabi-nabi dengan kedatangan beliau, artinya tidak akan ada lagi orang yang akan diutus Allah membawa syariat untuk manusiaââŠ. Tafhimati Ilahiyah, halaman 53. 10. Imam Suyuti berkata âBarang siapa yang mengatakan bahwa Nabi Isa apabila turun nanti pangkatnya sebagai Nabi akan dicabut, maka kafirlah ia sebenar-benarnya. Maka dia Isa yang dijanjikan sekalipun ia menjadi khalifah dalam umat Nabi Muhammad SAW, namun ia tetap berpangkat rasul dan nabi yang mulia sebagaimana semulaââŠ..Hujajul Kiramah , halaman 31 dan 426. 11. Imam Abdul Wahab Asy-Syarani berkata âDan sabda Nabi âtidak ada Nabi dan Rasul sesudah aku, adalah maksudnya tidak ada lagi Nabi sesudah aku yang membawa Syariâat.â Al-Yawaqit wal Jawahir, jld. II, hlm. 42. 12. Imam Thahir Al Gujrati berkata âIni tidaklah bertentangan dengan Hadits tidak ada Nabi sesudahku, karena yang dimaksudkan ialah tidak akan ada lagi Nabi yang akan membatalkan Syariâat beliau.â Takmilah Majmaul Bihar, hlm. 85. 13. Imam mazhab Hanafi yang terkenal, yaitu Mulla Ali al-Qari menjelaskan âJika Ibrahim hidup dan menjadi Nabi, demikian pula Umar menjadi Nabi, maka mereka merupakan pengikut atau ummati Rasulullah Seperti halnya Isa, Khidir, dan Ilyas alaihimus salaam. Hal itu tidak bertentangan dengan ayat Khaataman-Nabiyyiin . Sebab, ayat itu hanya berarti bahwa sekarang, sesudah Rasulullah tidak dapat lagi datang Nabi lain yang membatalkan Syariâat beliau dan bukan ummati beliau Maudhuâaat Kabiir, hlm. 69. 14. Peristiwa wafatnya Ibrahim putera Rasulullah dari Maria Qibtiyah tercatat sebagai berikut Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, berkatalah ia âKetika Ibrahim ibnu Rasulullah wafat, beliau menyembahyangkan jenazahnya dan berkata, âSesungguhnya di sorga ada yang menyusukannya, dan kalau usianya panjang, ia akan menjadi nabi yang benar.â Sunan Ibnu Majah, Abu Abdillah Alqazwaini, Darul Fikr, jld. II, hlm. 484, Hadits no. 1511.Peristiwa wafatnya Ibrahim terjadi pada tahun 9 H, sedangkan ayat âkhaataman-nabiyyiinâ diturunkan pada tahun 5 H. Jadi, ucapan beliau mengenai Ibrahim sebagaimana ditemukan dalam Hadits itu adalah 4 tahun kemudian setelah beliau menerima ayat âkhaataman-nabiyyiin.â Jika ayat âkhaataman-nabiyyii nâ diartikan sebagai âpenutup / sesudahan / penghabisan /akhirâ nabi-nabi yaitu tidak boleh ada nabi lagi apa pun juga setelah beliau maka seharusnya beliau mengatakan jikalau usianya panjang, tentu ia tidak akan pernah menjadi nabi karena akulah penutup nabi-nabi. Nabi yang menerima wahyu, jadi beliaulah yang paling mengetahui arti/makna wahyu yang diterimanya. 15. Dalam Kitab Nuzulul Masih, Imam Jalaluddin Assuyuti rh Mujaddid abad IX menyatakan bahwa hadis-hadis yang menyatakan bahwa tidak ada lagi wahyu setelah nabi Muhammad saw adalah Palsu. Kini pertanyaannya adalah apakah ada Ulama Salaf yang menafsirkan kalimat âKhaataman Nabiyyinâ dalam Al Qurâan dengan mengikuti kaidah tata bahasa Arab di atas? Mengingat tafsir yang dipopulerkan oleh para Ulama saat ini terhadap kalimat Khaataman Nabiyyin yang didasarkan atas klaim ijmaâ seluruh Ulama adalah penutup para Nabi dalam arti tiada lagi akan ada Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Berikut adalah penafsiran dari beberapa Ulama Salaf 1. Umayyah bin Abi Salt dlm Kitab Diwan hal 24 menulis mengenai Khaataman nabiyin âDengannya Rasulullah saw telah dicap/stempel para nabi sebelum maupun sesudahnyaâ. 2. Abu Ubaidah wafat 209 H ketika mengomentari Khair Al Khawatim dlm Naqaâid ibn Jarir dan Faradzaq tentang rasulullahsaw sebagai khaataman nabiyyin âNabi saw adalah Khaatam al Anbiya, yaitu sebaik-baik para nabiâ. 3. Abu Riyash Ahmad Ibrahim Al Qaisi wafat 339 H dlm mengomentari kitab Hasyimiyyat karangan Al Kumait berkata âBarang siapa mengatakan Khaatim al anbiya, maka ia adalah dengannya para nabi di cap/stempel, dan barang siapa yg mengatakan Khaatam al anbiya, maka ia adalah sebaik-baik para nabi. Dikatakanâ Fulan khaatam kaumnyaâ, yakni ia adalah terbaik dari antara merekaâ. 4. Allamah Al Zarqani menulis dlm Syarah Al Mawahib Al Laduniyah Juz III, hal 163, bahwa jika khatam dibaca dengan baris di atas ta sebagaimana tersebut dlm Al Qurâan al ahzab 40, maka artinya âsebaik-baik para nabi dlm hal kejadian dan dalam hal akhlakâ. 5. Imam Mulla Ali al Qari menulis dlm kitabnya Al Maudhuâat tentang Khaatam Al Nabiyyin âTidak akan datang lagi sembarang nabi yg akan memansukhkan agama Islam dan yg bukan dari umat beliauâ. 6. Syekh Abdul Qadir Al Jaelani dlm Kitab â Al Insanul Kamilâ cetakan Mesir, bab 33, hal 76 menulis âKenabian yg mengandung syaâriat baru sudah putus. Nabi Muhammad adalah âKhaataman nabiyyinâ, ialah karena beliau telah membawa syariâat yg sudah sempurna dan tiada ada seorang Nabi pun dahulunya yg membawa syariat yg begitu sempurnaâ. 7. Ibnu Khuldun telah menulis dalam mukadimah tarikh-nya hal 271 âBahwa ulama-ulama Tasawuf mengartikan âKhaataman Nabiyyinâ begini; yakni Nabi yg sudah mendapat kenabian yg sempurna dalam segala halâ. 8. Syekh Abdul Qadir Al Karostistani menulis â Adanya beliau saw Khaataman nabiyyin maknanya ialah sesudah beliau tidak akan ada nabi diutus dengan membawa syariat lainâ. Taqribul Muram, jld 2, hal 233. 9. Hazrat Sufi Muhyidin Ibn Arabi menulis âNubuwat dan Risalah Tasyriâi pembawa Syariat telah tertutup, oleh karena itu sesudah Rasulullah saw tidak akan ada lagi Nabi pembawa/penyandang SyariâatâŠ.kecuali demi kasih sayang Allah untuk mereka akan diberlakukan Nubuwat umum yg tidak membawa syariatâ Fushushul Hakam, hal 140-141. Lagi beliau menulis dalam Futuhat al makiyyah Juz 2 â Berkata ia Yakni tidak ada Nabi sesudahku yg berada pada syariat yg menyalahi syariatku , Sebaliknya apabila nanti ada Nabi maka ia akan berada di bawah kekuasaan syariatkuâ. 10. Syekh Muhammad Thahir Gujarati menulis âSesungguhnya yg beliau kehendaki ialah tidak ada Nabi yg mengganti syariâat beliauâ. Takmilah Majmaâil Bihar, hal 85. 11. Siti Aisyah bersabda âHai, orang-orang kalian boleh mengatakan Khaatamul anbiya, tapi jangan mengatakan setelah beliau tidak ada lagi nabiâ. Tafsir Darul Mantsur Imam As Suyuthi, Jld V, 12. Hz. Abdul Wahab Syaârani Wafat 976H menulis âKetahuilah bahwa kenabian mutlak tidak tertutup, hanya kenabian syarâi yg membawa syariat yg telah tutupâ. Al Yawaqit wal Jawahir, jld 2, Dari keterangan di atas maka bisa disimpulkan bahwa penafsiran Khaataman Nabiyyin sebagai Penutup Kenabian jenis apapun bukanlah satu-satunya penafsiran. Para penafsiran Ulama Salaf di atas menerangkan bahwa 1. Khaatamun Nabiyyin adalah pangkat / derajat kenabian tertinggi tersempurna yang dikaruniai oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad saw. 2. Kesempurnaan ini juga terkait dengan nikmat syariat yang beliau bawa yaitu Islam. 3. Tidak ada Nabi lagi yang akan datang yang akan melampaui atau bahkan membatalkan kesempurnaan derajat dan syariat beliau Beliau saw penutup Kenabian Syarâi. 4. Tidak semua jenis kenabian tertutup, hanya kenabian yang membawa syariat yang tertutup. 5. Jika ada Nabi yang datang maka akan tunduk dalam syariat Islam dan berasal dari umatnya.KesalahpahamanKe-Empat: Tuduhan Bahwa âWahyuâ yang Diterima Adalah Bajakan dari al-Quran. Kesalahpahaman Kelima: Mirza Ghulam Ahmad Dituduh Sebagai Kaki Tangan Inggris. Kesalahpahaman Ke-Enam: Kesalahpahaman bahwa yang tidak menerima pendakwa-an beliau adalah kafir. Kesalahpahaman Ketujuh: Tentang Arti Khatam an-nabiyyin.
Masroor Library â Keberatan yang dilontarkan kepada Jemaat adalah bahwa Jemaat tidak meyakini Nabi Muhammad Rasulullah SAW sebagai Khataman Nabiyyiin. Ingatlah bahwa anggapan ini adalah keliru, Jemaat Ahmadiyah meyakini dan berakidah bahwa Hazrat Muhammad Rasulullah SAW adalah Khataman Nabiyyiin dan kami meyakini sepenuhnya kepada Khataman Nabiyyiin beliau saw. Kaum kuffar Makkah sering mengolok-olok Rasulullah saw naâudzubillah bahwa katanya Huzur saw tidak memiliki anak dan mereka lontarkan itu sebagai olok-olokan bagi Rasulullah saw. Allah Taâala berfirman dalam al-Quran Karim bahwa memang benar Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara kamu melainkan Rasul Allah dan Khaataman Nabiyyiin. Ingatlah bahwa kaum kuffar pun senantiassa mengolok-olok dan Allah Taâala senantiasa menjawab olok-olokan mereka. Ketika suatu keberatan itu dijawab maka jawabannya itu adalah dijelaskan keafdolan beliau saw; Inilah olok-olok yang kalian berikan padahal maqom orang ini begitu luar biasanya. Kita harus menterjemahkan ayat ini dengan memperhatikan latar belakang turunnya ayat ini. Terjemahnya adalah; âMemang benar bahwa Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara kalian, tapi dia sebenarnya adalah Rasul Allah dan tidak hanya Rasul Allah melainkan Khaataman Nabiyyiin yakni nabi yang paling afdol di antara seluruh nabi dan secara rohani beliau adalah bapak dari seluruh nabiâ. Keberatannya apa? Bahwa Rasulullah bukanlah bapak tidak mempunyai anak, memang dia bukanlah ayah dari siapapun tapi dia adalah ayah dari seluruh nabi. Coba kita lihat bagaimana para penentang kita menterjemahkan ayat tadi; bahwa Rasulullah saw bukanlah bapak dari salah seorang laki-laki diantara kalian, tapi Rasul Allah dan nabi terakhir tidak ada nabi yang akan datang setelah beliau. Jadi sebagaimana telah saya jelaskan bahwa disini maksudnya adalah keutamaan atau keunggulan. Tapi dengan penerjemahan dari para penentang kita, maka tidak kita temukan kemuliaan atau keunggulan nabi kita. Sebab dengan menjadi nabi terakhir maka tidak ada makna atau kegunaan yang menjadi keutamaan beliau, bahkan jika kita lihat di satu sisi ini menjadi suatu penghinaan. Kita harus lihat bahwa kenabian itu suatu nikmat dari Allah Taâala atau suatu hukuman? Kalau ini merupakan hukuman maka yang akan menghilangkannya itu tentu yang termulia, tapi jika kenabian itu anugerah dari Allah Taâala maka yang menghabiskan itu bukan yang termulia. Sebab hanya dengan meneruskan karunia-karunia Allah Taâala itulah yang merupakan suatu kemuliaan atau keutamaan. Hal berikutnya ialah bahwa para penentang kita menterjemahkan bahwa Huzur saw adalah nabi terakhir dan setelah beliau tidak ada nabi lagi yang datang, tapi bersama dengan itu juga mereka meyakini bahwa nabi Isa as akan datang untuk kedua kali ke dunia ini. Jadi apakah perkataan mereka yang benar itu yang pertama atau yang terakhir? Kalau Nabi Muhammad saw yang terakhir maka tentunya Nabi Isa as tidak boleh datang, kalau Nabi Isa as akan datang maka Nabi Muhammad saw berarti bukan yang terakhir. Jadi dari sisi pemaknaan mereka pun mengingkari Khataman Nabiyyiin, jadi Jemaat Ahmadiyah tidak mengingkari Khataman Nabiyyiin yaitu bahwa kita mengakui beliau adalah Khataman Nabiyyin yang berarti beliau adalah Nabi yang termulia dari semua nabi. Sedangkan pengertiaan yang dikemukakan para penentang kita akal pun tidak bisa menerimanya, bahwa sejak dari dahulu kala jika di dunia telah terjadi kerusakan maka untuk menyembuhkan penyakit itu Allah Taâala mengirimkan nabi-nabi dan sesuai sunahNya Allah Taâala berfirman; Lantajida fisunnati tabdiila artinya kamu tidak akan menemukan perubahan dalam sunnah Allah Taâala. Kita tidak akan mungkin menerima suatu kenyataan bahwa jika Allah swt berfirman bahwa Allah Taâala tidak merubah sunahNya dan kita menyaksikan bahwa di dunia ini telah terjadi kerusakan dan seluruh dunia seakan menyatakan bahwa dunia membutuhkan seorang pembaharu bahkan para penentang kita pun mengakui kenyataan demikian tapi herannya mereka mengingkari kenabian. Jadi hal ini semisal seseorang yang mendirikan rumah sakit di mana para pasien akan masuk tetapi pihak rumah sakit mengumumkan bahwa dokter tidak ada di rumah sakit itu, maka orang yang berakal manayang akan bisa mengatakan bahwa yang mendirikan rumah sakit ini benar? karena apa manfaat rumah sakit ini? ketika untuk manusia kita tidak dapat memikirkan hal yang bodoh seperti itu, maka bagaimana kita akan bisa melakukan suatu penghinaan kepada Allah Taâala seperti itu? Jadi mari kita perhatikan bagaimana Jemaat Ahmadiyah telah mengartikan Khataman Nabiyyiin itu, apakah loghat Arab mendukungnya? Maka jika kita lihat dari sisi loghat makna Khatam digunakan untuk dua hal, yang pertama dimaknai cincin. Kenapa kita menggunakan cincin? Cincin adalah untuk keindahan, karena orang yang menggunakan cincin akan terlihat indah. Dari sini pengertian Jemaat Ahmadiyah itu benar bahwa semua keindahan para nabi berada pada diri Rasulullah saw. Makna kedua dari Khatam adalah cap, ini pun diambil dari cincin karena pada zaman dahulu cincin lah yang dijadikan alat untuk mencap dan Rasulullah memiliki cincin dan menggunakannya untuk mencap dan para penentang kita pun menyebarkan mengenai cincin tersebut di dalam percetakan mereka. Banyak sekali gambar-gambar terkait cincin tesebut, yang jika kita lihat pada cincin itu ada kata Muhammad dan ada kata Rasul kemudian di atasnya lagi kata Allah. Beliau saw suka mencapkan cincin ini pada akhir surat beliau. Dari sini kita bisa lihat bahwa apa arti dari cap tersebut? Bahwa difirmankan; Muhammad saw bukanlah bapak dari salah seorang laki-laki di antara kamu melainkan dia adalah Rasul Allah dan Khataman Nabiyyiin. Lalu kenapa kita maknakan cap? Ada dua penyebabnya. Yaitu ketika kita menulis surat maka untuk mengesahkannya dengan cap, pemberian cap pada surat itu untuk mensyahkan bahwa kita menyetujui apa-apa yang tertulis di surat itu. Maka apa arti Khataman Nabiyyiin ? Yaitu bahwa Nabi Muhammad saw adalah Nabi yang membenarkan semua nabi sebelum beliau; mushoddiqon bainakum yakni bahwa Nabi inilah yang mengesahkan semua nabi-nabi sebelum beliau dan ini artinya juga suatu keutamaan. Jadi bukan beliau saja sebagai nabi tetapi nabi-nabi sebelum beliau pun memerlukan pengesahan dari belaiu saw, yaitu bahwa orang-orang di masa yang akan datang akan menerima nabi-nabi itu setelah disahkan oleh Rasulullah saw. Kalau Nabi Muhammad saw tidak mengatakan ini kepada kita, bahwa nabi-nabi sebelum beliau seperti Nabi Adam, Nabi nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa Alaihimussalam, jika beliau tidak mengatakan bahwa mereka itu nabi, maka kita tidak akan beriman kepada beliau-beliau itu? tapi Nabi Muhammad saw mengesahkan mereka. Jadi bahwa dari sisi ini beliau saw Nabi yang mengesahkan nabi-nabi sebelum beliau maka beliau dikatakan Khaataman Nabiyyiin. Cap digunakan juga untuk maksud yang lain sebagaimana di kantor pos cap pun digunakan, begitu juga di Bank digunakan cap. Apa maksudnya? Jika tuan memberikan surat ke kantor pos maka penjaga pos memberikan cap pada surat tersebut dan apa maksudnnya? Bahwa surat ini kan diteruskan kepada siapa surat itu dimaksudkan. Demikian juga jika kita mengajukan surat dengan cap ini ke Bank maka apa yang menjadi pengajuan, maka Bank akan membayarkannya. Maka apakah arti Khataman Nabiyyiin dari sisi ini? bahwa Nabi Muhammad saw dengan mengenakan cap Khataman Nabiyyiin maka beliau akan meneruskan terbukanya silsilah kenabian yaitu bahwa hanya nabi yang memiliki cap beliau lah yang dapat menjadi nabi, sebagai umat beliau lah yang akan menjadi nabi, yang taat mengikuti beliau dan menjalankan syariat beliau. Dari sisi ini maka Jemaat Ahmadiyah lah yang benar sehingga menunjukan keagungan beliau saw yaitu bahwa wujud tersebut bukan hanya nabi tetapi juga mampu menjadikan orang yang mengikuti beliau mencapai kedudukan itu. Seorang guru yang benar adalah ketika dia mampu membimbing muridnya menjadi guru dan guru yang tidak benar adalah guru yang tidak mampu membawa kemajuan bagi murid-muridnya, sedangkan umat nabi muhammad saw adalah umat yang bisa sampai kepada taraf kenabian. Jadi dari sisi ini maka Huzur saw bukan hanya nabi yang mensyahkan nabi-nabi sebelumnya bahkan nabi-nabi yang akan datangpun harus dari mereka yang mengikuti beliau. Sekarang kita melihat bahwa apakah beliau saw juga telah mengartikan makna demikian ini? Maka kita menemukan berbagai macam penggunaan di dalam hadits. Huzur bersabda âAku adalah akhirul anbiya dan mesjidku adalah akhir dari mesjidâ. Apakah setelah Mesjid Nabawi yang beliau dirikan maka tidak ada lagi mesjid yang boleh didirikan? Dan di tempat lain beliau bersabda mengenai putra beliau Hazrat Ibrahim bahwa âjika putra ini tetap hidup maka ia akan menjadi nabi yang benarâ. Sebelum wafat anak beliau ini, ayat khataman nabiyyiin telah turun dan beliau memahami tentang ayat khataman nabiyyiin. Beliau memahami bahwa ayat ini tidak akan menghalangi kedatangn nabi-nabi di masa yang akan datang. Kemudian oleh karena itu maka beliau mengatakan jika anak ini hidup maka dia akan menjadi nabi yang benar. Sebagian orang mengajukan keberatan, katanya Allah Taâala mewafatkan Ibrahim putra Rasulullah saw pada usia muda karena tidak boleh ada nabi lagi setelah Rasulullah saw. Jika ini benar maka Rasulullah saw akan bersabda bahwa kalau dia tetap hidup dia tidak akan menjadi nabi sebab ayat khataman nabiyyiin telah turun, tetapi Huzur tidak bersabda demikian melainkan jika dia hidup maka dia akan menjadi nabi. Demikian juga ada lagi riwayat lain dari Huzur saw bahwa âjika saya tidak menjadi nabi maka umar akan menjadi nabiâ. Jadi semua hadits ini mengisyaratkan bahwa beliau tidak memahami pengertian khataman nabiyyiin sebagaimana yang difahami oleh para penentang kita, dan juga ada sabda dari Hazrat Aisyah ra bahwa âkullu innahu khaatamul anbiyya-u walaa takuulu laa nabiyya baâdahâ yakni âkatakanlah bahwa Nabi Muhammad saw adalah khatamul anbiya tetapi jangan kamu katakan bahwa setelah beliau tidak ada nabi yang datangâ. Begitu juga dalam umat Islam banyak sekali orang-orang suci yang mengetahui akan berlangsungnya kenabian. Diantaranya Hazrat Imam Malik, Imam Bukhari, Imam As-Syaârani, Imam Muhyiddiin Ibnu Arabi; ini hanya beberapa contoh dari sekian banyak nama-nama lain, dan sangat jelas tertulis dalam kitab-kitab mereka bahwa ayat khataman nabiyyiin tidak menutup pintu kedatangan para nabi. Selain itu yang mulia Rasulullah saw bersabda ulama fii ummati kaanbiya bani israil, jika pemahaman akan nabi telah tertutup maka tentu beliau tidak akan berkata demikian. Jadi umat dari seorang rasul jika seperti seorang nabi kedudukannya, maka bagaimana mungkin dalam umat itu tidak akan ada nabi? Semua umat Islam di dunia ini sekurang-kurangnya 20 sampai 25 kali dalam sehari senantiasa berdoâa; ihdinash-shiratal mustaqiim shiratal ladziina anâamta alaihim. Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang pada mereka telah turun karunia-karuniamu. Karunia apa yang telah turun kepada mereka? Al-Quran Karim telah mengatakan kepada kita bahwa dari antara nikmat-nikmat Allah Taâala yang paling tinggi adalah kenabian. Sebagaimana Allah Taâala berfirman bahwa Allah Taâala telah memberikan nikmat kepada mereka dan menjadikan mereka dari antara para nabi, dari antara para shidiq, dari antara shahid dan dari shalihiin. Jika para penentang kita mengakui bahwa kenabian sudah tidak berlangsung lagi, maka mereka berdoa untuk memperoleh nikmat yang mana? Jadi jika nikmat kenabian sudah tertutup maka semua nikmat pun akan habis karena nikmat yang Allah Taâala sebut itu berada dalam satu ayat yang sama yaitu kenabian, keshiddiqan, kesyahidan, keshalehan, jika tiga nikmat ini masih ada maka nikmat yang ke-empatnya pun masih boleh didapat, tapi kalau satu tertutup maka semuanya harus tertutup. Dari sini kita mengambil satu misal lagi, jika kata khatamun nabiyyiin digunakan untuk Rasulullah saw dan untuk mesjid pun dikatakan akhirul masajid, untuk Sayyiidina Ali pun digunakan khatamul Auliya, Mutanabi pun dikatakan khatamus Syuâara, Ibnu Shina juga dikatakan khatamul at-Tibaâ, jika semua pernyataan itu menggunakan kata yang sama maka pasti terjemahannya pun sama. Jika kata khataman digunakan sebagai penutup maka semuanya memiliki arti demikian, sehingga kesimpulan yang akan muncul adalah dari umat Rasulullah saw tidak akan ada nabi yang bisa datang, tidak juga shidiq, syahid atau shalih. Tidak ada lagi Wali dalam Islam, tidak ada juga penyair dalam umat Islam, tidak juga ada Tabib dalam umat Islam, juga tidak ada mesjid yang didirikan lagi. Lalu pertanyaannya apa gunanya umat seperti itu? Karena kan terjemahannya harus sama. dimana letak keutamaannya? Dari antara kita misalnya membeli bahan pakaian di toko itu pasti ada meteran untuk mengukur bahan pakaian, ukurannya pasti sama apakah itu untuk sutra atau katun dan yang lainnya. Tidak mungkin ukuran akan berbeda untuk sutra dan untuk yang lain. Demikian juga kata khatam itu harus satu apakah itu digunakan untuk Rasulullah, untuk Abu Shina atau untuk Hazrat Ali maka harus ditejemahkan satu pengertian tidak dapat diterjemahkan untuk Rasulullah lain, untuk Ibnu Shina lain dan untuk Hazrat Ali lain lagi. Oleh karena itu saudara-saudara kita harus memahami bahwa kata itu harus diterjemahkan sama disetiap tempat yang digunakan sehingga akan diakui oleh akal dan didukung oleh lughot, maknanya ialah bahwa Rasul Karim saw adalah nabi yang termulia dari semua nabi. Beliau mengesahkan semua nabi sebelum beliau dan juga akan membuka pintu kenabian melalui beliau di masa yang akan datang. Nabi-nabi yang terdahulu memerlukan pengesahan beliau dan juga nabi yang akan datang membutuhkan mengikuti beliau. Mesjid nabawi adalah masjid termulia dari semua mesjid, Hazrat Ali adalah yang termulia dari para wali, Mutanabi yang tertinggi dari para penyair, Ibnu Shina juga tertinggi dari para Tabib, maka tidak ada yang akan menentang pengertian seperti itu. Jadi kata khatam digunakan untuk menyatakan sesuatu sampai kepada tahapnya yang tertinggi, yakni digunakan untuk menunjukan kesempurnaan dan hal ini juga digunakan di berbagai bahasa. Hal ini telah khatam dalam diri seseorang yang berarti bahwa tidak ada seseorang yang melebihi perkataannya tapi hanya pengertian bahwa dia telah memulai dan mengatakan itu pada tahap yang terbaik. Jadi Nabi Muhammad saw telah menyampaikan pada tahap kenabian yang tertinggi dan inilah aqidah dari Ahmadiyah bahwa Hazrat Rasulullah saw adalah khataman nabiyyin. [Tn Hafidz] Tafsir Khataman Nabiyyin Materi Refresher Course Mubalighin 2017 disampaikan oleh Mln Laiq Ahmad Shd Artikel selanjutnya tentang Tafsir Khataman Nabiyyin
2fOqm9.